Langsung ke konten utama

BUDAYA POPULER DAN FILM ISLAMI

MAKALAH BUDAYA POPULER DAN FILM ISLAMI
BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 
Sekitar abad 20-an budaya-budaya lokal maupun internasional mulai berkembang dengan pesat. Budaya tradisional mulai tergeser dengan budaya baru yang umumnya disebut budaya populer. Konsep budaya populer merujuk pada kehadiran “massa” baik sebagai target utama produksi budaya maupun sebagai agen komersialisme. Pada hakekatnya budaya populer merupakan produk masyarakat industrial, dimana kegiatan pemaknaan dan hasilnya (yaitu kebudayaan) dihasilkan dan ditampilkan dalam jumlah besar, kerap dengan bantuan teknologi produksi, distribusi, dan penggandaan-massal, sehingga dapat dijangkau masyarakat luas. Sedangkan John Storey mendefinisikan budaya populer sebagai sebuah budaya yang secara luas dapat di terima oleh masyarakat dimana budaya tersebut diperkenalkan. Dalam hal ini, budaya tersebut diperkenalkan dengan bantuan media massa. Produk-produk dari budaya populer atau budaya massa bermacam-macam, salah satunya film.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian dari Film? 2. Apa saja ragam film itu? 3. Bagaimana dakwah dalam film? 

BAB II PEMBAHASAN 

A. Pengertian Film 
Film adalah gambar hidup. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera dan animasi. Film meiliki berbagai genre seperti Horor, Action, Drama, Thriller, Komedi, Animasi, Fantasi, Romance, dan sebagainya. Sedangkan definisi film menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada peta seluloid, pita video, piringan video, dan/ atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/ atau ditayangkan dengan sisten proyeksi mekanik , elektronik, dan/ atau lainnya. 

Film sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan dengan menyajikan peristiwa, musik, drama, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Film memberikan peluang bagi semua kalangan untuk mempelajari budaya melalui visualisasi yang disuguhkan. Sejarah film di Indonesia dimulai pada tahun 1927, dipelopori oleh F. Gharly dan G. Kruger yang membuat film pendek berjudul “Rulis Acih” dan “Lutung Kasarung”. Tanggal 30 Maret Sineas Indonesia, Umar Ismail membuat film pertamanya yaitu “Darah dan Doa” yang menjadi film produksi pertama bangsa Indonesia. Akhirnya tanggal 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.

B. Ragam Film 
Film terdiri dari bebrapa ragam dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Menurut Jenis Film
a. Film cerita (fiksi), yaitu film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Umumnya film ini bersifat komersial.
b. Film non-cerita (non-fiksi), yaitu film yang mengambil kenyataan sebagai subjeknya. Film jenis ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
• Film Faktual adalah film yang menampilkan fakta yang ada dimana kamera hanya sekedar merekam suatu kejadian.
• Film dokumenter yaitu film yang selain mengandung fakta juga film jenis ini mengandung subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat tergantung pada si pembuat film dokumenter tersebut.
2. Menurut Cara Pembuatan Film
a. Film Eksperimental, yaitu film yang dibuat tanpa mengacu pada kaidah-kaidah pembuatan film yang lazim. Tujuannya untuk mengadakan eksperimentasi dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film.
b. Film animasi, yaitu film yang dibuat dengan memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi.
3. Menurut Tema Film (genre)
a. Drama, lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan mangajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami oleh tokohnya, contoh : Titanic (1997).
b. Action, lebih kepada adegan-adengan perkelahian, pertempuran dengan senjata, atau kebut-kebutan kendaraan antara tokoh baik dan tokoh jahat, contoh: Flash Point (2007).
c. Komedi, lebih kepada tontonan yang membuat penonton tersenyum atau bahkan tertawa terbahak-bahak, contoh: 3 Idiots (2009).
d. Tragedi, umumnya berisi tentang kondisi atau nasib yang dialami oleh tokoh utama pada film tersebut. Nasib yang dialami biasanya membuat penonton menjadi kasihan atau iba, contoh: Hafalan Sholat Delisa (2011).
e. Horror, film yang sering menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding dan merasa ketakutan, contoh: The Conjuring (2013). 

C. Dakwah Dalam Film 
Film dijadikan sebagai media dakwah yang cukup efektif dalam menyebarkan pesan-pesan agama kepada masyarakat. Selain sebagai media hiburan, film juga dapat digunakan sebagai media penyebaran dakwah Islam secara lebih luas. Biasanya dakwah dilakukan oleh para ustadz-ustadzah dalam suatu pengajian atau Majelis Ta’lim. Namun, hal dengan cara seperti itu kurang dapat menjangkau lebih banyak orang terutama para remaja. Munculnya film sebagai media hiburan dapat dimanfaatkan orang-orang yang berusaha menyebarkan ajaran Islam agar dapat menjangkau lebih banyak orang dan pengaruhnya pun juga lebih cepat daripada hanya tausiyah di berbagai masjid, pengajian, dan Majelis Ta’lim. 

Beberapa contoh film Islami: Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, My Name Is Khan, dan masih banyak lagi. Dampak dari dakwah melalui media film salah satunya interaksi agama dengan media massa meningkat dari waktu ke waktu. Adanya film yang berbau Islam dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, membuat media-media hiburan lain seperti televisi, radio, majalah, dan sebagainya juga memasukkan unsur Islam. Mengingat bahwa penduduk beragama Islam cukup banyak terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduknya Muslim seperti di Indonesia. Dengan begitu, masyarakat jadi mengetahui Islam lebih dalam karena sering melihat, mendengar dan membaca tentang Islam, contoh kasus: Ketika Trend Hijab sedang booming, banyak majalah-majalah yang menerbitkan tentang model-model hijab hingga cara memakainya (tutorial), video-video tutorial di sosial media juga banyak, televisi pun juga ikut andil dalam menyebarluaskan hijab.

Media massa juga mempunyai fungsi sangat relevan dalam upaya agama mengendalikan moral masyarakat. Dengan banyaknya dakwah yang telah dilakukan di banyak media seperti film, televisi, surat kabar, majalah, dan sebagainya, secara tidak langsung dapat memperbaiki moral masyarakat. Aktor dan aktris dalam film bertema Islam dapat mejadi trendsetter bagi para penggemarnya dalam hal berpakaian dan berperilaku. Sikap, sifat, dan cara perpakaian dapat berubah setelah menonton film, contohnya, seorang gadis yang awalnya tidak berhijab, setelah menonton film “Hijab”, ia kemudian mengenakan hijab seperti yan ada di film walaupun awalnya hanya ikut-ikutan, namun film tersebut memberi pengaruh positif yaitu membuat gadis tersebut menutup aurat dengan mengenakan hijab sesuai ajaran Islam. 

BAB III PENUTUP 

Kesimpulan
Film merupakan salah satu media hiburan masyarakat berisi cerita baik fiksi maupun non-fiksi yang ditayangkan dalam bentuk gambar hidup hasil dari rekaman, biasanya film dapat ditonton di layar lebar (bioskop), layar kaca (televisi), atau layar tancap. Film memiliki berbagai ragam atau klasifikasi menurut jenis film, cara pembuatan film dan tema (genre) film, sehingga hasilnya pun juga berbeda-beda. Setiap film meiliki penikmat yang berbeda biasanya sesuai dengan genre film, seperti anak-anak yang lebih suka menonton film animasi, remaja wanita atau dewasa lebih suka drama, sedangkan remaja laki-laki atau dewasa lebih suka film action, dan lain-lain.
Film-film yang ditayangkan sedikit banyak dapat mempengaruhi sikap, sifat, sampai model berbusana masyarakat yang menonton film. Hal tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mempengaruhi masyarakat banyak seperti dakwah Islam. Film di nilai lebih efektif dalam menyebarkan dakwah Islam lebih luas daripada dakwah yang dilakukan ustadz-ustadzah dalam pengajian-pengajian tertentu atau Majelis Ta’lim. Selain itu, masyarakat menjadi lebih dekat dengan Islam karena banyaknya film yang dibuat dengan tema Islam. Dengan seringnya film bertema Islam, moral masyarakat dapat dikendalikan dan dapat mengurangi kebobrokan moral terutama di Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. 

DAFTAR PUSTAKA
Ariel, Heryanto. 2012. Budaya Pop dan Persaingan Identitas, dalam Ariel Heryanto (ed.), Budaya Populer di Indonesia: Mencairnya Identitas Pasca Orde-Baru. Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI.
Dicky, Sofian (bersama Mega Hidayati). 2013. Agama & Televisi di Indonesia: Etika Seputar Dakwahtainment, Globethics.net.
D. Joseph. Film. “e-journal.uajy.ac.id”, diakses pada tanggal 11 Mei 2015. Wikipedia. Film. “id.m.wikipedia.org/wikiFilm”, diakses pada tanggal 11 Mei 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH: PERJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN CUT MEUTIA MELAWAN KOLONIAL BELANDA DI TANAH ACEH TAHUN 1901-1910

 BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Perang Aceh yang terjadi dari tahun 1873 sampai 1904 yang ditandai dengan menyerahnya Kesultanan Aceh menjadi salah satu perlawanan yang cukup sengit melawan kolonial Belanda pada saat itu. Perebutan wilayah Aceh oleh Belanda dan rakyat Aceh yang tidak rela wilayahnya dikuasai oleh Belanda   menjadi faktor utama perlawanan di Aceh. Banyak rakyat yang gugur dalam perlawanan tersebut   termasuk para pemimpin perlawanan seperti Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan masih banyak lagi.

MAKALAH: PERANG PADRI

Disusun Oleh : A Sodikin, A Nisa BAB I PENDAHULUAN Masyarakat Minangkabau telah memeluk ajaran Islam sejak Abad 16 atau bahkan sebelumnya. Namun hingga awal abad 19, masyarakat tetap melaksanakan adat yang berbau maksiat seperti   berjudi, sabung ayam maupun mabuk-mabukan. Hal demikian menimbulkan polemik antara Tuanku Koto Tuo seorang ulama yang sangat disegani, dengan para muridnya yang lebih radikal. Terutama Tuanku nan Renceh. Mereka sepakat untuk memberantas maksiat. Hanya, caranya yang berbeda.   

MAKALAH: MAULID NABI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Maulid Nabi Muhammad SAW atau kadang disebut maulid nabi adalah peringatan hari lahir nabi Muhammad SAW yang perayaannya jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata Maulid atau Milad berarti hari lahir. Perayaan Merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara substansi peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dari munculnya maulid nabi hingga perkembangannya, peringatan maulid nabi sendiri tidak terlepas dari perbedaan pendapat antara kelompok yang mendukung adanya perayaan maulid nabi dengan kelompok yang mementangnya. Makalah ini sedikit akan menjelaskan tentang hal-hal tersebut. B.      Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dijelaskan pada makalah ini yaitu : 1.       Bagaimana awal muncul dan perkembangan Maulid Nabi? 2.       Bagaimana pendapat tentang perayaan Maulid Nabi? BAB II