Langsung ke konten utama

ISLAM PADA ABAD KE-19



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebelum adanya pembaharuan pada masa modern terlebih dahulu telah terjadi pembaharuan pra-modern sebelum abad ke-19. Terjadinya pembaharuan atau modernisasi menjelang periode modern disebabkan adanya pertemuan kebudayaan Islam dengan kebudayaan Barat. Modernisme khususnya di Barat merupakan suatu antroposentris atau manusia yang mempunyai nadil besar dalam menentukan hidupnya sendiri yang hampir tak terkekang. Kebudayaan modern sebagai suatu hal besar yang lahir dari kebudayaan Barat dengan dukungan bangsa-bangsa tertentu kemudian menyebar ke seluruh dunia dan memaksa dunia Islam berkenalan dengannya tanpa ada persiapan sebelumnya.
Sebagai contoh kontak antara Islam dengan Barat pada masa sebelum modern yaitu antara Usmani dengan Barat. Ketika negara-negara mengalami kemajuan justru Usmani mengalami kemunduran. Usmani lalu melakukan penyelidikan penyebab kemundurannya dan setelah itu Eropa memberikan bantuan kepada Usmani. Masa-masa kejatuhan Islam dimanfaatkan dunia Barat untuk menguasai hampir seluruh dunia Islam di Asia dan Afrika. Akhirnya puncak dominasi Barat terjadi pada abad ke-19 yang sekaligus menjadi titik balik hubungan antara Barat dengan Islam.

B.     Rumusan Masalah
Beberapa hal yang akan dibahas dalam resume ini antara lain :
1. Bagaimana kondisi sosial, politik, agama dan kondisi-kondisi lainnya pada abad ke-19?
2. Respon umat Islam terhadap kondisi tersebut?


BAB II
PEMBAHASAN

Sebelum abad ke-19 Islam pernah mengalami kejayaan, namun menjelang abad ke-19 Barat datang dan menjadi pukulan besar bagi perkembangan Islam. Abad ke-19 umat Islam mulai bangkit dari keterbelakangan. Beberapa usaha yang dilakukan untuk menbangkitkan Islam yaitu membentuk gerakan pembaharuan Islam seperti yang dilakukan di Mesir setelah adanya ekspedisi Perancis oleh Napoleon Bonaparte.
Ketika Mesir jatuh ketangan Barat (Perancis) serentak mengagetkan sekaligus mengingatkan umat Islam bahwa ada peradaban yang maju di Eropa dan merupakan ancaman bagi Islam. Sehingga menimbulkan keharusan bagi raja-raja Islam dan pemuka-pemuka Islam untuk melakukan pembaharuan dalam Islam.[1] Kedatangan Napoleon ke Mesir mengubah keadaan umat Islam Mesir yang awalnya tertinggal menjadi lebih mengetahui tentang ilmu-ilmu lain yang dibawa oleh Napoleon. Setelah Napoleon pergi dari Mesir pun ilmu yang mereka peroleh tetap mereka kembangkan sehingga dalam bidang ilmu pengetahuan Mesir lebih maju dari keadaan Mesir sebelumnya.
Hampir sama dengan keadaan di India. Islam di India mundur karena Islam yang dianut oleh masyarakat India tidak lagi murni. Adanya paham Animisme dan adat agama Hindu sebagai penyebab tidak murninya lagi ajaran Islam. Selain itu penyebab lainnya karena Islam di India tidak mengikuti perkembangan jaman.
Kondisi sosial jika kita melihat negara Indonesia pada abad ke-19 cukup memprihatinkan. Karena pada abad tersebut masyarakat Indonesia harus berhadapan langsung dengan para penjajah yang berkuasa di beberapa wilayah di Indonesesia. Keadaan masyarakat Indonesia pada saat itu tertekan dan tertindas apalagi bagi masyarakat Islam. Karena keadaan yang tertekan tersebut akhirnya timbul banyak perlawanan yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia diantaranya wilayah Sumatra Barat, Aceh, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banjar. Barat pada abad ke-19 telah menunjukkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuannya kepada umat Islam. Dari kemajuan Barat tersebut memberikan dampak bagi umat Islam untuk memperbarui dan memajukan Islam sesuai perkembangan jaman.
Kondisi politik yang dipengaruhi oleh Barat terjadi dibeberapa negara seperti di Turki, Mesir dan India. Adanya perubahan setelah politik Barat masuk dalam Islam menimbulkan dampak bagi umat Islam sendiri. Sebagian dari mereka yang pro dengan Barat maka akan mendukung perubahan sistem politik tersebut demi kemajuan negaranya. Sebaliknya, sebagian dari mereka yang menolak  sistem politik Barat masuk dalam Islam karena akan merusak tatanan politik Islam yang sudah ada. Sistem politik Barat berasal dari orang-orang kafir dimana dalam pembuatan sistem tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kondisi politik pada abad ke-19 juga mengalami perubahan apalagi setelah adanya campur tangan dari pihak Barat. Di Mesir pada masa kepemimpinan Muhammad Abduh, kondisi politik cenderung sama dengan Al-Afghani yaitu terpengaruh oleh Napoleon yang menganggap bahwa nasionalisme adalah hal yang penting bagi suatu negara dan nasionalisme di Mesir masih dapat dikembangkan.  Ada pula perubahan politik yang modern terjadi di India ditandai dengan disahkannya hukum-hukum dagang dan pidana, baik dalam bentuk dan isinya yang diambil dari model-model hukum Eropa.[2]
Konflik politik justru terjadi di Turki yang dilakukan oleh Usmani Muda yaitu golongan intelegensia kerajaan Usmani yang banyak menentang kekuasaan absolut Sultan dengan tokohnya yaitu Ziya Pasya. Setelah itu berlanjut dengan Mustafa Kemal dengan ide westernisme, sekularisme dan nasionalisme.
Kondisi Agama juga mengalami perubahan pada abad ke-19. Islam pada saat itu sudah tercampur dengan ajaran-ajaran lain sehingga makna sebenarnya Islam tidak jelas lagi. Adanya gerakan Puritanisme di Arabia yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahhab pada abad ke-18 sebagai awal dari pembaharuan pemikiran Islam. Gerakan tersebut lahir bukan karena pengaruh kemajuan Barat, namun sebagai reaksi terhadap paham tauhid masyarakan saat itu yang telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan yang timbul di bawah pengaruh tarekat-tarekat seperti pujaan, patuh yang berlebihan terhadap syekh-syekh tarekat, dan sebagainya.[3]
Gerakan tersebut kemudian masuk ke Indonesia yang dibawa oleh tiga orang haji dari Minangkabau, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Mereka melakukan gerakan pemurnian di wilayah tempat tinggal mereka. Kegiatan haji yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada abad ke-19 sempat terjadi kekacauan. Kegiatan keagamaan disini dibatasi, salah satunya ibadah Haji. Kolonial Belanda mengahalang-halangi umat Islam indonesia  dengan cara memberikan persyaratan yang rumit bagi orang Islam yang ingin menunaikan ibadah Haji.
Jamaluddin al-Afghani sejalan dengan pemikiran pembaharu-pembaharu lainnya bahwa penyebab umat Islam mengalami kemunduran karena mereka telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Mereka telah dipengaruhi oleh sifat statis, kuat berpegang pada taklid, bersikap fatalistis, telah meninggalkan ilmu yang tinggi dan telah melupakan ilmu pengetahuan.[4] Pada abad ke-19 ini umat Islam mengalami pembaharuan yang besar-besaran termasuk dalam bidang agama. Banyaknya gerakan-gerakan yang dipelopori oleh pemimpin-peminpin negara dan agama agar umat islam kembali pada agama Islam yang murni tanpa ada unsur-unsur lain yang mencampuri.

Dari beberapa kondisi masyarakat pada abad ke-19 telah dipaparkan sebelumnya bagaimana masyarakat umun dan masyarakat Islam pada saat itu. Respon yang dilakukan umat Islam bermacam-macam. Respon yang mendukung dan yang menolak terhadap pembaharuan Islam tidak sedikit. Sebagai contoh yaitu Gerakan yang dilakukan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan di India. Beliau beranggapan bahwa jalan untuk meningkatkan umat Islam India akan dapat dicapai dengan kerjasama dengan Pemerintahan Inggris di India dan bukan dengan melawannya.[5] Akhirnya tercetus ide pembaharuan berupa pendidikan yang mulai diwujudkan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan yang dikenal dengan nama Gerakan Aligarh.
Respon yang menolak adanya pembaharuan Islam yaitu di Turki pada masa kepemimpinan Mustafa Kemal Attaturk. Beliau mengubah Turki menjadi negara yang menggabungkan antara westernisme, sekularisme dan nasionalisme. Gerakan tersebut didukung oleh Majilis Masional Agung yang kemudian mengantarkan Turki menjadi negara Repubik dengan paham Sekuler. Namun, dibalik itu, beberapa pihak ada yang menentang seperti para ulama-ulama, para petinggi agama, dan masyarakat yang tidak menyukai adanya pengaruh Barat di Turki. Mereka tidak menginginkan perubahan Turki yang berkiblat pada Barat. Karena dengan begitu Islam yang ada di Turki menjadi semakin terhambat perkebangannya. Moral manusia yang sebelumnya sesuai dengan Islam menjadi terpengaruh dengan Barat yang identik dengan kebebasan.
Di Indonesia sendiri respon umat Islam berbentuk perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Islam untuk mempertahankan wilayahnya dari jajahan Belanda dan melindungi Islam dari intervensi Barat. Karena mereka tidak menginginkan wilayahnya direbut oleh Belanda dan kebebasan mereka untuk beragama diambil atau dibatasi.


BAB III
KESIMPULAN

Kondisi masyarakat pada abad ke-19 sangat mempengaruhi perkembangan pembaharuan Islam. Abad ini disebut sebagai abad kebangkitan kembali umat Islam. Kecanggihan dan kemajuan yang dicapai oleh Barat menjadi tumpuan umat Islam untuk memajukan umat Islam agar tidak tertinggal lagi dengan cara memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki Barat sekaligus ancaman bagi umat Islam sehingga menimbulkan keharusan bagi raja-raja Islam pada saat itu untuk melakukan usaha pembaharuan Islam.
Kemunduran Islam tidak hanya ketertinggalannya oleh Barat tapi juga Islam pada saat itu tidak sesuai dengan Islam yang sebenarnya. Banyak paham-pahan lain yang bercampur dengan ajaran Islam seperti ajaran Animisme dan agama Hindu. Sehingga pada abad ini banyak pemuka-pemuka agama dari aliran-aliran tertentu yang melakukan gerakan pemurnian agar Islam kembali pada ajaran yang sebenarnya yaitu sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Respon yang diberikan umat Islam juga tidak selalu sama. Umat Islam mendukung adanya perubahan dan ada pula umat Islam yang menolak adanya pebaharuan. Intinya adalah pembaharuan yang dilakukan umat Islam bertujuan untuk memajukan umat Islam dan terhindar dari keterbelakangan.



DAFTAR PUSTAKA

  1. Nasution, Harun. 1986. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya: Jilid II. Jakarta: UI-Press.
  2.  Rahman, Fazlur. 1984. Islam. Bandung: Pustaka.
  3.  Rais, M. Amin. 1994. Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-Masalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
  4.  Steenbrink, Karel. 1984. Beberapa Aspek Tentang Islam Abad Ke-19. Jakarta: Bulan Bintang.
  5.  Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.
  6. Wahed. Fort. Pembaharuan Islam. Dikutip dari laman bigg0st.blogspot.com/.../pembaharuan-islam_25.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 01.00.
     

[1] Wahed. Fort. Pembaharuan Islam. Dikutip dari laman bigg0st.blogspot.com/.../pembaharuan-islam_25.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 01.00.
[2] M, Amin Rais, Islam dan Pembaharuan: Ensikloprdi Masalah-Masalah, 1994, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta), hlm. 321.
[3] Harun, Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya: jilid II, 1986, ( Jakarta: UI-Press), hlm. 95.
[4] Ibid., hlm. 109.
[5] Ibid., hlm. 107.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH: PERJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN CUT MEUTIA MELAWAN KOLONIAL BELANDA DI TANAH ACEH TAHUN 1901-1910

 BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Perang Aceh yang terjadi dari tahun 1873 sampai 1904 yang ditandai dengan menyerahnya Kesultanan Aceh menjadi salah satu perlawanan yang cukup sengit melawan kolonial Belanda pada saat itu. Perebutan wilayah Aceh oleh Belanda dan rakyat Aceh yang tidak rela wilayahnya dikuasai oleh Belanda   menjadi faktor utama perlawanan di Aceh. Banyak rakyat yang gugur dalam perlawanan tersebut   termasuk para pemimpin perlawanan seperti Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan masih banyak lagi.

MAKALAH: PERANG PADRI

Disusun Oleh : A Sodikin, A Nisa BAB I PENDAHULUAN Masyarakat Minangkabau telah memeluk ajaran Islam sejak Abad 16 atau bahkan sebelumnya. Namun hingga awal abad 19, masyarakat tetap melaksanakan adat yang berbau maksiat seperti   berjudi, sabung ayam maupun mabuk-mabukan. Hal demikian menimbulkan polemik antara Tuanku Koto Tuo seorang ulama yang sangat disegani, dengan para muridnya yang lebih radikal. Terutama Tuanku nan Renceh. Mereka sepakat untuk memberantas maksiat. Hanya, caranya yang berbeda.   

MAKALAH: MAULID NABI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Maulid Nabi Muhammad SAW atau kadang disebut maulid nabi adalah peringatan hari lahir nabi Muhammad SAW yang perayaannya jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata Maulid atau Milad berarti hari lahir. Perayaan Merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara substansi peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dari munculnya maulid nabi hingga perkembangannya, peringatan maulid nabi sendiri tidak terlepas dari perbedaan pendapat antara kelompok yang mendukung adanya perayaan maulid nabi dengan kelompok yang mementangnya. Makalah ini sedikit akan menjelaskan tentang hal-hal tersebut. B.      Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dijelaskan pada makalah ini yaitu : 1.       Bagaimana awal muncul dan perkembangan Maulid Nabi? 2.       Bagaimana pendapat tentang perayaan Maulid Nabi? BAB II