Langsung ke konten utama

MAROKO : PEMBAHARUAN MUHAMMAD ALLAL AL-FASI





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Maroko (bahasa Arab: المملكة المغربية) adalah sebuah negara di barat laut Afrika yang mempunyai garis pantai yang panjang dekat Samudra Atlantik yang memanjang melewati Selat Gibraltar hingga ke Laut Tengah. Maroko itu adalah salah satu nama negara di benua Afrika, tepatnya di Afrika bagian Utara.
Nama resmi Maroko adalah Kerajaan Maroko. Negara Maroko dikelilingi oleh Samudera Atlantik, laut Mediterania dan Selat Gibraltar. Penduduk Maroko sebagian besar adalah Muslim, Islam merupakan agama resmi negara, tetapi kebebasan beragama dijamin negara. Mayoritas rakyat Maroko (99%) memeluk agama Islam, selebihnya memeluk agama Yahudi dan Nasrani.
 Maroko merdeka dari Perancis pada tahun 1956, sejak itu pemerintahan Maroko telah memulai untuk melaksanakan reformasi menyeluruh dalam pendidikan dan pelatihan kejuruan teknis. Maroko modern, sebagai negara Islam yang berbentuk kerajaan, banyak dipengaruhi pemikiran Allal Al-Fasi dengan konsep Neo-Salafiyah. Muhammad Allal Al-Fasi dilahirkan di kota Fas, Maroko pada tahun 1908. Beliau belajar di University Al-Qurawiyin dan mendapatkan ijazah Diploma Tinggi pada tahun 1932. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang begitu komited dengan agama, sehingga beliau mampu menguasai pengetahuan agama dan semangat membela tanah air. Karena itu, sejak menjadi mahasiswa, beliau menjadi tokoh nasional, pemidato yang ulung, penyair, dan ulama di Maroko.
           
B. Rumusan Masalah
           
            1. Bagaimana gambaran umum pemerintahan di Maroko?
            2. Bagaimana biografi tokoh Muhammad Allal Al-Fasi?
            3. Bagaimana pembaruan Muhammad Allal Al-Fasi?



BAB II
PEMERINTAHAN

            Pada abad 19, Maroko diperintah oleh Abdul Qadir pada tahun 1844, pada tahun 1873-1894 dipimpin oleh Sultan Hassan I. Pada tahun 1894-1908 Maroko beralih ke tangan Abdul Aziz bin Hassan. Perancis melakukan infiltrasi pada tahun 1901-1904 penggantinya Abdul Hafiz karena terjadi pemberontakan rakyat Maroko, ia meminta bantuan militer, ekonomi, dan politik kepada Perancis dengan melapaskan kemerdekaan politiknya. Pada tanggal 30 Maret 1912, ditandatangani suatu persetujuan bahwa Maroko menjadi negara proktektorat Perancis, meskipun sebenarnya kaum elit tradisional menginginkian kemerdekaan dengan dasar nasionalisme Islam.
            Pada tahun 1930 melalui Dekrit Barbar 1930 di Rabat terbetyuk partai Fron Nasional. Pada bulan Mei 1934 lahit Komite Aksi Maroko sebagai partai nasionalis pertama, tetapui tiga tahun kemudian dibubharkan oleh Perancis.
Selanjutnya pada tahun 1943, muncul Partai Istiqlal, dipimpin oleh Allal Al-Fasi yang menuntut kemerdekaan penuh untuk Maroko dengan suatu bentuk pemerintahan konstitusional. Waktu itu pemimpin Maroko adalah Sultan Muhammad V. Sesudah Perang Dunia II, Partai Istiqlal berubah menjadi Partai Kemerdekaan Demokratis yang cenderung ke kiri (komunis), meskipun hanya sedikit pendukungnya.
             Pada akhir tahun 1946, Partai Istiqlal mengubah halauannya menjadi partai massa, tetapi tokohnya (Sultan Muhammad V) dibuang. Pada tahun 1955, barulah Sultan Muhammad kembali dari pengasingan yang di luar dugaan dapat mengakhiri pemerintahan protektorat. Tanggal 2 Maret 1956, Maroko merdeka dengan diangkat sebagai raja.
            Maroko modern sebagai negara Islam yang berbentuk kerajaan, banyak dipengaruhi pemikiran Allal Al-Fasi dengan konsep Neo-Salafiyah. Alal Al-Fasi pernah menjadi menteri agama, banyak belajar dari pemikiran Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Voltaire, Montesquieu, dan Dostoyewski.
            Hukum Islam yang berlaku adalah fiqh Madzhab Maliki, terutama dalam hukum keluarga. Hukum pidana dan perdata mengikuti hukum modern, tetapi tidak lepas dari pengaruh madzhab tersebut. Terdapat kesenjangan antara ulama tradisional lulusan Al-Azhar dan kaum modernis yang berpendidikan Barat. Rajanya adalah Amir Al-Mukminin, bahkan Khalifah Allah SWT yang dipilih oleh majelis ulama melalui baiat. Kekuasaan raja tidak bersifat absolut karena ada konstitusi.


BAB III
BIOGRAFI MUHAMMAD ALLAL AL-FASI
Nama lengkap ialah Muhammad Allal bin Abdul Wahid bin Abdus Salam bin Majdzub Al-Fasi Al-Fahri. Keluarganya berhijrah dari Maroko ke Andalusia (Spanyol). Muhammad Allal Al-Fasi dilahirkan di kota Fas, Maroko pada tahun 1908. Beliau belajar di Universiti Al-Qurawiyin dan mendapatkan ijazah Diploma Tinggi pada tahun 1932. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang begitu komited dengan agama, sehingga beliau mampu menguasai pengetahuan agama dan semangat membela tanah air. Kerana itu, sejak menjadi mahasiswa, beliau menjadi tokoh nasional, pemidato yang ulung, penyair, dan ulama di Maroko[1]. Muhammad Allal Al-Fasi berperanan aktif dalam melawan penjajah Perancis. Perlawanan ini dilakukan melalui berbagai-bagai media. Antara lain adalah untuk menyebarluaskan kajian keislaman, menyatakan kepada umat yang berpecah belah agar bersatu, dan memasuki dunia politik untuk menggagalkan rencana busuk penjajah.
            Muhammad Allal Al-Fasi menentang pemberian hak istimewa kepada orang-orang Perancis dalam mengkaji air di kota Fas. Beliau juga menentang pengasingan Zhahir Barbari yang dimaksudkan untuk memecah belah bangsa Maroko pada tahun 1930. Karena itu, beliau ditangkap oleh penguasa Perancis. Padahal, saat itu beliau masih duduk di dalam jurusan diploma dan menjadi guru di Madrasah An-Nashiriyah. Beliau diasingkan ke wilayah Tazah. Setelah bebas pada tahun 1931, Muhammad Allal Al-Fasi kembali ke kota Fas. Tidak lama kemudian, beliau tanpa sebab telah dilarang mengajar. Karena itu, beliau memanfaatkan waktu di kampus Al-Qurawiyin untuk menyampaikan kajian ilmiah pada malam hari, mengenai sejarah Islam. Pada tahun 1933 penguasa Perancis di Moroko bermaksud untuk menangkap Muhammad Allal Al-Fasi. Lalu beliau pergi ke Spanyol dan Switzerland, untuk bergabung dengan Amir Syakib Arselan dan saudara-saudaranya yaitu para pejuang Islam keturunan Arab dan lainnya.


BAB IV
PEMBAHARUAN MUHAMMAD ALLAL AL-FASI
Pada tahun 1934, Muhammad Allal Al-Fasi kembali ke tanah air. Kemudian pada tahun 1936, beliau mendirikan Persatuan Pekerja. Pada Tahun 1937, beliau membentuk Kelompok Rahsia Pekerja Nasional. Tahun 1937, penguasa menangkap dan mengasingkannya ke Gabon hingga tahun 1941. Kemudian, beliau dipindahkan ke Congo, dari tahun 1941 hingga tahun 1946[2]. Pada tahun itu, beliau dibebaskan, lalu beliau mendirikan Hizb Istiqlal (Partai Kemerdekaan) bersama rakan-rakannya. Sejak daripada itu, beliau seringkali melawat ke negara-negara Arab dan Barat untuk mengkempenkan kemerdekaan Moroko dari tangan penjajah Perancis. Ketika kembali ke tanah air pada tahun 1949, beliau tidak dibolehkan masuk oleh orang-orang Perancis. Lalu, beliau tinggal di kota Tonjah, yang saat itu menjadi negara bagian.
Ketika Raja Muhammad Khamis diasingkan tahun 1953, Muhammad Allal Al-Fasi menyeru rakyat Moroko untuk melakukan revolusi menentang Perancis. Ketika dikembalikan dari pengasingan dan keadaan stabil kembali, Muhammad Allal Al-Fasi ikut mengurus negara ketika menjelang wafatnya raja Muhammad Khamis. Ketika itu, pada tahun 1961, beliau menjabat jabatan sebagai Menteri Negara Urusan Keislaman. Namun, pada tahun 1963 beliau dipecat dari jabatannya. Setelah itu, Muhammad Allal Al-Fasi melakukan perang dingin melalui Partai Kemerdekaan di Majlis Perwakilan Rakyat, karena beliau merupakan salah satu dari anggotanya. Beliau menjadi Ketua Partai Kemerdekaan dari tahun 1960– 1967. Ustadz, guru besar, mujahid, dan pemimpin besar Muhammad Allal Al-Fasi ialah salah satu tokoh Islam kontemporer yang memikul amanah dakwah, berjihad di jalan Allah Ta'ala, dan menghabiskan usianya untuk memerangi kezaliman, kesewenang-wenangan, dan penjajahan. Beliau pemimpin Partai Kemerdekaan yang pada mulanya didirikan untuk melawan penjajah Perancis dan mengembalikan hak-hak rakyat Moroko. Ustadz Allal Al-Fasi merupakan ulama terkemuka yang memimpin gerakan kemerdekaan bangsa Moroko.
Beliau berperanan aktif dalam Perlawanan nasional. Beliau berkelana ke penjuru negeri untuk memotivasi rakyat agar berjuang melawan musuh Islam yang menjajah negeri, menghina penduduknya, merampas kekayaan, dan menyebarkan kerusakan di dalamnya. Ketika diasingkan penjajah, beliau berkelana ke negara-negara Arab, negara-negara Islam, dan dunia antarabangsa untuk mempublikasikan masalah negaranya, memalukan penjajah, mengungkap cara-cara busuk mereka, memperjelas rencana-rencana jahat mereka, menjelaskan cara untuk merebut kemerdekaan, mengembalikan hak-hak bangsa Moroko, dan mengembalikan penegakan syariat Islam.
Dalam bidang keagamaan, Al-Fasi menerapkan pendekatan nonkompromi untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, memerangi praktik-praktik bid’ah dan khurafat yang dianggap sebagai faktor penyebab kemunduran Islam. Al-Fasi juga berupaya keras untuk mengorganisir umat Islam ke dalam partai politik di bawah pengaruh Partai Sosialis Maroko ke dalam kongsi dagang yang bercita-cita untuk membebaskan Maroko dari kekuasaan Perancis[3]. Gerakan yang beliau lakukan yaitu mampu menghadang pengaruh tekanan asing di Maroko. Selain itu, Al-Fasi juga berhasil merubah arah gerakan salafi, dari yang semata-mata gerakan intelektual menjadi gerakan politik nasionalis, khususnya ketika melawan interfensi Perancis pada Perang Rif tahun 1925[4]. Allal Al-Fasi wafat pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1394 atau 13 Mei 1974.


BAB V
PENUTUP

Maroko merupakan salah satu negara yang berada di benua Afrika, tepatnya di wilayah Afrika Utara. Negara ini menjadi negara protektorat Perancis dan merdeka pada tanggal 2 Maret 1956. Salah satu tokoh pembaharu di Maroko adalah Muhammad Allal Al-Fasi. Al-Fasi lahir di Fas, Maroko pada tahun 1908. Selama hidupnya beliau banyak berkontribusi dalam memperjuangkan negara Maroko dan Islam dari penjajahan yang dilakukan oleh Negara Perancis.
Beberapa pembaharuan yang dilakukan Al-Fasi yaitu membentuk Kelompok Rahsia Pekerja Nasional, mendirikan Hizb Istiqlal (Partai Kemerdekaan) bersama rekan-rekannya, berkunjung ke negara-negara Arab dan Barat untuk mengembalikan kemerdekaan Moroko dari tangan penjajah Perancis. Dalam bidang keagamaan, beliau menerapkan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu juga memerangi praktik-praktik bid’ah dan khurafat yang dianggap sebagai faktor penyebab kemunduran Islam. Muhammad Allal Al-Fasi pulang ke rahmatullah pada hari Senin 20 Rabi'ulAwal 1394, atau 13 Mei 1974.


DAFTAR PUSTAKA

Exposito, John L. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern Jilid Tiga. Bandung: Penerbit Mizan, 2002.
Hoeve, Van. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Kandu, Amirullah. Ensiklopedi Dunia Islam: Dari Nabi Adam AS sampai dengan Abad Modern. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern Yogyakarta: LESFI, 2003.
Risalah Tsulasa’. Muhammad Allal Al Fasi: (Pemimpin Besar, 1326-1394 H.1908-1974 M.) Edisi 7, Terbitan Bahan Tarbiyyah Online, 2005.
Wahyudi, Yudian. Dinamika Politik: Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah di Mesir, Maroko dan Indonesia. Yogyakarta: Pesantren Nawasea Press, 2010.




[1] Risalah Tsulasa’. 2005. Muhammad Allal Al Fasi: (Pemimpin Besar, 1326-1394 H.1908-1974 M.) Edisi 7, Terbitan Bahan Tarbiyyah Online. hlm.1.

[2] Ibid., hlm. 2.
[3] Yudian, Wahyudi, Dinamika Politik: Kembali Kepada Al-Qur’an dan Sunnah di Mesir, Maroko, dan Indonesia (Yogyakarta: Pesantren Nawasea Press, 2010), hlm. 95.
[4] Ibid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH: PERJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN CUT MEUTIA MELAWAN KOLONIAL BELANDA DI TANAH ACEH TAHUN 1901-1910

 BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Perang Aceh yang terjadi dari tahun 1873 sampai 1904 yang ditandai dengan menyerahnya Kesultanan Aceh menjadi salah satu perlawanan yang cukup sengit melawan kolonial Belanda pada saat itu. Perebutan wilayah Aceh oleh Belanda dan rakyat Aceh yang tidak rela wilayahnya dikuasai oleh Belanda   menjadi faktor utama perlawanan di Aceh. Banyak rakyat yang gugur dalam perlawanan tersebut   termasuk para pemimpin perlawanan seperti Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan masih banyak lagi.

MAKALAH: PERANG PADRI

Disusun Oleh : A Sodikin, A Nisa BAB I PENDAHULUAN Masyarakat Minangkabau telah memeluk ajaran Islam sejak Abad 16 atau bahkan sebelumnya. Namun hingga awal abad 19, masyarakat tetap melaksanakan adat yang berbau maksiat seperti   berjudi, sabung ayam maupun mabuk-mabukan. Hal demikian menimbulkan polemik antara Tuanku Koto Tuo seorang ulama yang sangat disegani, dengan para muridnya yang lebih radikal. Terutama Tuanku nan Renceh. Mereka sepakat untuk memberantas maksiat. Hanya, caranya yang berbeda.   

MAKALAH: MAULID NABI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Maulid Nabi Muhammad SAW atau kadang disebut maulid nabi adalah peringatan hari lahir nabi Muhammad SAW yang perayaannya jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata Maulid atau Milad berarti hari lahir. Perayaan Merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara substansi peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dari munculnya maulid nabi hingga perkembangannya, peringatan maulid nabi sendiri tidak terlepas dari perbedaan pendapat antara kelompok yang mendukung adanya perayaan maulid nabi dengan kelompok yang mementangnya. Makalah ini sedikit akan menjelaskan tentang hal-hal tersebut. B.      Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dijelaskan pada makalah ini yaitu : 1.       Bagaimana awal muncul dan perkembangan Maulid Nabi? 2.       Bagaimana pendapat tentang perayaan Maulid Nabi? BAB II