Langsung ke konten utama

MAKALAH : PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM (Pemerintahan Dinasti Umayyah Timur)



Oleh : M. Hanifa, A. Azmi A dan A. Nisa


BAB I
PENDAHULUAN

          Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin  berakhir dengan wafatnya Ali ibn Abi Thalib dan berganti masa yang baru. Sejarah umat Islam dilanjutkan oleh Dinasti Umayyah yang berlangsung hampir satu abad (41 H/ 661 M -132 H/ 750 M). Masa yang sangat berbeda kondisi dan coraknya dibanding pada masa sebelumnya. Masa yang dibuat oleh seorang yang ambisius dalam meraih jabatan yang tinggi yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan.
Perlu kita ketahui bahwa sejak zaman Jahiliyah, Umaiyah telah menunjukkan gejala-gejala permusuhan di kalangan keluarganya sendiri, yaitu dengan saudara-saudara sepupunya dari keturunan Bani Hasyim. Latar belakang dari permusuhan ini dikarenakan persaingan kedudukan, pangkat dan lain sebagainya di dalam masyarakat



BAB II
PEMBAHASAN

  1. Berdirinya
Nama Daulah Umaiyah atau kerajaan Bani Umaiyah ini berasal dari nama salah seorang pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah, yaitu Umaiyah ibnu Abdi Syams ibnu Abdi Manaf. Umaiyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim ibnu Abdi Manaf, untuk merebut pimpinan dan dan kehormatan dalam masyarakat bangsanya. Dan ia memang memiliki cukup unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa di zaman Jahiliyah itu, karena ia berasal dari keluarga bangsawan, serta mempunyai cukup kekayaan dan sepuluh orang putra-putra yang terhormat dalam masyarakat. Orang-orang yang memiliki ketiga unsur-unsur ini di zaman Jahiliyah, berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
Khalifah-khalifah Bani Umayyah yang terkenal adalah Muawiyah ibn Abu Sufyan (661-680M), Yazid ibn Muawiyah (680-684M), Abd al-Malik ibn Marwan (685-705M), al-Walid ibn al-Malik (705-715M), Umar ibn Abd al-Aziz (717-720M), dan Hisyam ibn Abd al-Malik (724-743M) Marwan ibn Muhammad (750M).
Memasuki masa kekuasaan muawiyah yang menjadi awal kekuasaan bani umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchihereditas (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan muawiyah diperoleh melalui kekerasan , diplomasi dan tipudaya. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya setia pada anaknya, Yazid. Muawiyyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium.

B.     Kejayaannya

Adapun masa-masa yang paling gemilang di dalam perluasan daerah semasa Daulah Bani Umaiyah ini ialah semasa kekhalifahan yang di pegang oleh Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan pada tahun-tahun terakhir dari pemerintahan khalifah Abdul Malik ibnu Marwan.
Tetapi sebaliknya, pada masa-masa pemerintahan yang dipegang selain dari khalifah-khalifah diatas, usaha-usaha penakhlukan mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh:
1.      Kegiatan angkatan perang haanya dipusatkan untuk melawan pemberontakan-penberontakan di dalam negeri.
2.      Kecakapan para khalifah untuk memimpin tidak begitu cakap atau ahli.
3.      Di antaranya da khalifah yang lebih mengutamakan pemerintahannya untuk mencari keridhaan Allah dari pada memperluas Daulah dengan mengadakan peperangan dan permusuhan.

Disamping itu, perlu juga kita ketahui bahwa perluasan-perluasan daerah semasa Daulah Bani Umaiyah ini selain daerah-daerah yang baru, juga meliputi tiga daerah yang pada mulanya memang sudah menjadi milik kaum Muslimin sebelumnya, yaitu pada masa khalifah Ustman ibnu Affan r.a. Tetapi karena Islam pada waktu-waktu tertentu tidak dapat mempertahankan serangan-serangan musuh, maka daerah-daerah tersebut lepas dari kekuasaan Islam. Baru pada masa Daulah Bani Umaiyah daerah-daerah tersebut akan dikuasai kembali oleh kaum Muslimin.

Ketiga daerah yang akan diambil kembali dari jajahan tersebut adalah:
1.      Daerah Romawi
2.      Daerah Afrika Utara, dan
3.      Daerah Timur

Adapun kerajaan-kerajaan yang menjadi sasaran atau obyek perluasan daerah yang dilaksanakan oleh Bani Umaiyah antara lain:
1.      Kerajaan Usyrusanah, di sebelah Timur Farghanah.
2.      Kerajaan Thukaristan, di kiri-kanan Sungai Jihun.
3.      Kerajaan Shuganian, Utara Sungai Jihun.
4.      Kerajaan Khuwarizm, Sebelah atas Sungai Jihun.
5.      Kerajaan As-Shughd,  daerahnya terbentang dari Sungai Jihun ke Sungai Sihun.
6.      Kerajaan Farghanah, di kiri-kanan Sungai Sihun.
7.      Kerajaan As-Syasy, Utara Sungai Sihun.

  1. Keruntuhannya
Faktor-faktor penyebab kehancuran Bani Umayyah yaitu :
1.      Sistem pergantian pemimpin melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tardisi arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan tersebut membuat persaingan yang tidak sehat antara kalangan anggota istana.
2.      Latar belakang terbentuknya dinasti umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa syi’ah dan Khawarizm selalu menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka maupun tertutup. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3.      Pada masa kekuasaan bani umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb), yang sudah ada sejak zaman sebelum islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan non arab, terutama Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawalli (non arab) menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang di peralhkan pada masa Bani Umayyah.
4.      Lemahnya pemerintahan Bani Umayyah juga disebabkan oleh pola hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatakala mereka mewarisi kepemimpinan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5.      Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-abbas ibn abd al-muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dalam kaum mawali yang merasa di kelasduakan oleh pemerintahan bani umayyah.
Pemberontakan-penberontakan juga banyak terjadi pada masa Dinasti Bani Umaiyah di bawah khalifah pertama, Mu’awiyah  ibnu Abi Sufyan sampai kepada khalifah yang terakhir Marwan ibnu Muhammad, sehingga mengakibatkan runtuhnya kekuasaan mereka. Pemberontakan-pemberontakan tersebut terjadi pada masa pemerintahan:
a.       Periode Khalifah Yazid ibnu Mu’awiyah
Penyebab pemberontakan yaitu khalifah Yazid ibnu Mu’awiyah membunuh cucu Rasulullah saw yang bernama Husein ibnu Ali. Yang berakibat munculnya pemberontakan di Hijaz, di Madinah (63 H/ 688 M) dan di Makkah (64 H).

b.      Periode Khalifah Abdul Malik ibnu Marwan
Peristiwa Husain ibnu Ali ibnu Abi Thalib adalah alasan kaum Syi’ah untuk melawan kekuasaan setiap keturunan dari Daulah Bani Umaiyah. Akhirnya pada tahun 66 H (686 M) terjadilah pertempuran kaum Syi’ah dengan pasukan khalifah Abdul Malik sebanyak 30.000 orang dibawah komando panglimanya Ubaidillah ibnu Ziyad.

c.       Periode Yazid ibnu Malik
1)      Terjadi pemberontakan antara Yazid ibnu Muhallah ibnu Abi Suhfrah bersama para pengikutnya dengan khalifah Yazid ibnu Malik bersama pasukannya.
2)      Pemberontakan yang mulai timbul dari Daulah Bani Abbasiyah yang berpusat di Khurasan pada tahun 103 H (772 M) dipimpin oleh Abdullah bin Muhammad (pendiri khalifah Abbasiyah).

d.      Periode Hisyam ibnu Abdil Malik
Kali ini pemberontakan yang dilancakan kaum Syi’ah dari sekte Zaidiyah.di pimpin oleh Zaid ibnu Ali ibnu Zainul Abidin, ibnu Hussein, Ibnu Ali ibnu Abi Thalib untuk memberontak kepada khalifah Hisyam.

e.       Periode khalifah Marwan ibnu Muhammad
Pada periode ini terjadi banyak pemberontakan, dianataranya:
1)      Partai Khawarij mengacau di daerah Palestina, Hadramaut, Yaman dan di al-Jazirah, diikuti oleh penduduk Himsh, Ghuthah dan pengikut-pengikut dari Sulaiman ibnu Hisyam.
2)      Pemberontakan Bani Abbasiyah di daerah Khurusan yang di pimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasaini terhadap Nashrun ibnu Saiyah.
3)      Pertempuran khalifah Abdul Abbas di bawah pimpinan pamannya sendiri yaitu Abdullah bin Ali dengan khalifah Marwan di tepi sungai Zaad (anak Sungai Tigris). Akhirnya khalifah Marwan terbunuh oleh Saleh bin Ali yang tidak lain yaitu saudaranya sendiri pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H (5 Agustus 750 M).

Dengan terbunuhnya khalifah Marwan ini, secara tidak lansung berakhirlah riwayat sejarah Daulah Bani Umaiyah, dan Daulah Islamiyah akan membuka lembaran sejarah yang baru yakni sejarah di bawah kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah.

  1. Perkembangan Kebudayaan Daulah Umaiyah

Banyak hal yang dpat kita masukkan dalam kategori kebudayaan, maka dibagian ini kita membahas segi-segi tertentu saja, yaitu tentang perkembangan:
1.      Pembangunan dan arsitektur
Pembangunan dan arsitektur semasa Daulah Umaiyah pada garis besarnya dapat kita bagi-bagi menjadi tiga motif:
a.       Pembangunan kota
Semasa khalifah Abdul Malik ibnu Marwan, beliau mendirikan gedung-gedung yang indah untuk menghiasi kota.
b.      Pembangunan keagamaan
Pembangunan ini terutama dikhususkan untuk masjid-masjid, seperti Masjid Al-Haram di Makkah, masjid An-Nnabawiyah di Madinah, masjid Al-Azhar di Kairo (Mesir), dan lain sebagainya.
c.       Pembagunan yang bersifat kemiliteran
Dalam hal ini termasuk bangunan benteng-benteng untuk pertahanan peperangan dan gedung-gedung untuk membuat perlengkapan persenjataan termasuk juga galangan kapal perang untuk angkatan laut.

2.      Kegiatan partai politik dalam agama.
a.       Partai Bani Umaiyah
b.      Partai Ali bin Abi Thalib
c.       Partai Khawarij
d.      Golongan Syi’ah
3.      Dalam ilmu agama dan pengetahuan umum terdapat beberapa ulama yaitu:
a.       Hasan al-Basri, ahli Hadist dan Fiqh.
b.      Ibnu Syihab az-Zuhri.
c.       Wasil bin Atho’ di bidang Theologi.
d.      Khalid bin Yazid bin Muawiyah, orang pertama yang menterjemahkan buku-buku Astronomi, Kedokteran dan Kimia.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sumbu tempat berputarnya politik Bani Umaiyah adalah “memegang tampuk kekuasaan negara dan kembali berkuasa seperti halnya pada zaman jahiliyah”, dengan tidak menghiraukan sulit dan berbahayanya jalan ke arah itu. Bani Umaiyah berhasil mencapai tujuannya, sehingga dalam zaman mereka Daulah Islamiyah meluas dan kekuasaannya sangat terasa.
Keinginan Bani Umaiyah untuk memegang kekuasaan negara terus-menerus, sekalipun ada orang yang lebih  berhak darinya, telah menyebabkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela, menjalankan politik yang busuk. Yaitu bahwa mereka berhasil menghancurkan lawan-lawan politiknya selama berkuasa dengan dua jalan: Pembangkitan Keagungan Quraisy dan menciptakan keutamaan beberapa suku lain. 


DAFTAR PUSTAKA
*Badriyatim, M. A. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II
*Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1995.
*Huda, Miftah Syaiful. Pendidikan Tarikh Untuk SMP dan MTs Muhammadiyah Kelas 9. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Dasar Dan Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY. 2008.
*Matdawam, Moh Noor. Lintasan Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta. 1988.
*Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid II. Jakarta: Pustaka Al Husna. 1982.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH: PERJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN CUT MEUTIA MELAWAN KOLONIAL BELANDA DI TANAH ACEH TAHUN 1901-1910

 BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Perang Aceh yang terjadi dari tahun 1873 sampai 1904 yang ditandai dengan menyerahnya Kesultanan Aceh menjadi salah satu perlawanan yang cukup sengit melawan kolonial Belanda pada saat itu. Perebutan wilayah Aceh oleh Belanda dan rakyat Aceh yang tidak rela wilayahnya dikuasai oleh Belanda   menjadi faktor utama perlawanan di Aceh. Banyak rakyat yang gugur dalam perlawanan tersebut   termasuk para pemimpin perlawanan seperti Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan masih banyak lagi.

MAKALAH: PERANG PADRI

Disusun Oleh : A Sodikin, A Nisa BAB I PENDAHULUAN Masyarakat Minangkabau telah memeluk ajaran Islam sejak Abad 16 atau bahkan sebelumnya. Namun hingga awal abad 19, masyarakat tetap melaksanakan adat yang berbau maksiat seperti   berjudi, sabung ayam maupun mabuk-mabukan. Hal demikian menimbulkan polemik antara Tuanku Koto Tuo seorang ulama yang sangat disegani, dengan para muridnya yang lebih radikal. Terutama Tuanku nan Renceh. Mereka sepakat untuk memberantas maksiat. Hanya, caranya yang berbeda.   

MAKALAH: MAULID NABI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Maulid Nabi Muhammad SAW atau kadang disebut maulid nabi adalah peringatan hari lahir nabi Muhammad SAW yang perayaannya jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata Maulid atau Milad berarti hari lahir. Perayaan Merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara substansi peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dari munculnya maulid nabi hingga perkembangannya, peringatan maulid nabi sendiri tidak terlepas dari perbedaan pendapat antara kelompok yang mendukung adanya perayaan maulid nabi dengan kelompok yang mementangnya. Makalah ini sedikit akan menjelaskan tentang hal-hal tersebut. B.      Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dijelaskan pada makalah ini yaitu : 1.       Bagaimana awal muncul dan perkembangan Maulid Nabi? 2.       Bagaimana pendapat tentang perayaan Maulid Nabi? BAB II