A.
Pengantar
Dinasti
Mamluk merupakan dinansti yang unik, karena berasal dari orang-orang yang
berprofesi sebagai budak. Dari budak-budak tersebut menciptakan tatanan militer
yang kemudian menjadi salah satu kerajaan terbesar di periode pertengahan.
Penakhlukan-penakhlukan
dilakukan untuk memperluas wilayah, bahkan Tentara Salib bisa dikalahkan dan
wilayah kekuasaan dari Tentara Salib yaitu Suriah-Mesir direbut oleh Mamluk. Sekitar
dua dan tiga perempat abad (1250-1517) Mamluk dapat menguasai daerah “panas” di
dunia, walaupun mereka memiliki ras yang berbeda. Meskipun mereka tidak
memiliki kebudayaan dan haus akan perang, namun mereka juga memiliki kontribusi
yang baik dalam bidang pembangunan yaitu arsitektur dan seni.
Setelah
digulingkan oleh Khalifah Salim dari Dinasti Turki Usmani pada tahun 1517,
dinasti lokal terakhir runtuh dan digantikan oleh kekhalifahan baru non-Arab
yaitu Turki Usmani.
B.
Munculnya
Dinasti Mamluk
Fondasi
Mamluk berasal dari sorang budak wanita yang bernama Sajar ad-Durr. Ia adalah
budak yang berasal dari Turki dengan tuannya yang bernama al-Mu’tashim.
Kemudian ia dibebaskan oleh al-Shalih dari Ayyubiyah dan ia mengabdi kepadanya.
Selama delapan puluh hari ajar ai-Durr berkuasa di Afrika Utara dan Asia Barat,
memprtahankan kedudukannya sebagai penguasa tunggal di Mesir. Ia sempat membuat
koin yang bertuliskan namanya san namanya pula disebut pada shalat jum’at.
Izzuddin
Aybak yang bertindak sebagai panglima utama dan sekaligus kerabat Sajar al-Durr
diangkat menjadi sultan setelah karena ditunjuk oleh amir-amir. Setelah
diangkatnya Aybak kemudian Sajar menikahinya dan kekuasaan pun dibagi dua.
Karena kekuasaan yang dibagi dua tersebut, timbul lah konflik yang kemudian
Aybak dibunuh oleh Sajar karena mendengar desas-desus bahwa sultan akan menikah
lagi. Setelah peristiwa dibunuhnya Aybak, dikatakan Sajar dipukuli dengan
sepatu kayu oleh beberapa budak istri Aybak sampai mati dan tubuhnya dilempar
dari atas menara.
C.
Mamluk
Bahri dan Burji
Aybak
adalah sultan Mamluk pertama. Runtutan penguasa Mamluk tidak teratur, terbukti
Mamluk terbagi menjadi dua yaitu Mamluk Bahri (1250-1390) dan Mamluk Burji
(1382-1517). Mamluk Bahri berasal dari tentara-tentara yang di beli oleh
al-Shalih dari Ayyubiyah yang kemudian merekrut budak-budak menjadi pengawal.
Sedangkan Mamluk Burji berasal dari tentara-tentara yang diimpor dari Sirkasius
kemudian di tempatkan di menara (Arab: Burj) benteng. Mereka tidak mengenal
konsep kekuasaan yang diwariskan, namun cenderung membebaskan untuk siapa saja
yang ingin menjadi pemimpin.
Dari
kedua dinasti mamluk tersebut dalam beberapa kasus, para budak lebih sering
menggantikan kekuasaan daripada putra-putra sultan karena beberapa sultan
banyak yang mati saat masih muda dan masa pemerintahan sultan tidak bertahan
lama sekitar tak lebih dari enam tahun.
Tugas
pertama dinasti ini yaitu Konsolidasi atas seluruh wilayah kerajaan dan
mengamankan daerah perbatasan. Aybak menghabiskan banyak waktunya untuk
peperangan di Mesir, Suriah dan Palestina. Al-Muzhaffar Sayf al-Din Quthuz
(1259-1260) saat ia menjadi wakil berhasil memukul mundur serangan Ayyubiyah di
Karak dan ayyubiyah di Mesir. Penyerangan pasukan Tartar Hulaghu yang dipimpin
oleh Kitbugha, pasukan Mamluk yang dipimpin oleh Baybar sebagai panglima perang
meskipun komando tertinggi tetap dimiliki oleh Quthuz dapat dilakukan dengan
baik sehingga pasukan Tartar dapat dikalahkan dan Kitbugha serta beberapa
pemimpin pasukan telah terbunuh.
Setelah
peperangan tersebut Baybar banyak berjasa dalam mengusir tentara-tentara musuh
sehingga ia menginginkan imbalan berupa kota Allepo dan tanda pengakuan
militernya, tetapi ia dikecewakan oleh sultan. Akhirnya sultan dibunuh oleh
Baybar dengan menebas leher sultan (24 Oktober 1260) dan tahta digantikan oleh
Baybar.
Al-Malik
al-Zhahir Rukn al-Din Baybar al-Bunduqdari adalah sultan Mamluk yang berawal
dari menjadi seorang budak di ataurki yang dijual ke Damaskus seharga 800
dirham, ktapi dikembalikan lagi karena adanya cacat di salah satu matanya,
kemudian dibeli oleh al-Shalih dari Ayyubiyah dan dijadikan sebagai pemimpin
pasukan pengawal. Setelah itu karir militernya berjalan baik dan akhirnya ia
mendapatkan komando tertinggi militer di negeri itu.
Baybar
menjadi Mamluk agung yang pertama dan menjadi pendiri kerajaan Mamluk.
Kemenangan pertamanya yaitu peperangan melawan tentara Mongol di Perang Ain
Jalut dan puncak kemengannya ia dapatkan saat ia melawan tentara Salib.
Perlawanan itu yang menyebabkan hancurnya inti pertahan pasukan Franka
memungkinkan kemenangan terakhir yang dilakukan oleh para penerusnya yaitu
Qallawun dan al-Asyraf.
Kapasitas
Baybar dalam memimpin tidak hanya dalam bagian militer namun lebih dari itu. Ia
tidak hanya mengorganisisr masalah angkatan perang, membangun kembali angkatan
laut dan memperkuat benteng Suriah, namun ia juga memperbaiki kanal, serta
menghubungkan Damaskus dengan Kairo denga burung pos. Baybar juga membangun
terminal-terminal kuda disetiap pos pemberhentian yang siap untuk
mengangkatnya. Baybar banyak membangun tempat-tempat umum, mempercantik masjid
dan memberlakukan zakat, pajak negara dan sedekah.
Salah satu ciri
pemerintahan Baybar adalah persekutuan yang ia hancurkan, baik dengan Mongol
maupun dengan Eropa. Serta peristiwa paling populer adalah penobatan satu
rangkaian baru kekhalifahan Abbasiyah yang menyandang nama Abbasiyah namun
kekuasaannya tidak nyata. Hal ini ia lakukan karena ingin memberikan kesan
keagungan pada istananya dan mengurangi intrik-intrik kelompok Ali yang mulai
sering muncul di Mesir.
Pemimpin selanjutnya setelah Baybar
adalah al-Malik al-Manshur Sayf al-Din Qalllawun (1279-1290). Dalam hal ini
Qallawun mengamankan tahta dengan menyingkirkan putra sultan Baybar yaitu
Salamisy (1279) yang menggantikan saudaranya yaitu Barkah (1277-1279) yang suka
berfoya-foya.
Setelah Qallawun menjabat sebagai
sultan, tidak lama kemudian Il-Khan Mongol dari persia mengancam wilayah
Suriah. Putra Hulaghu yaitu Abaqa (1265-1261) dan penerusnya, dan putranya
Arghun (1284-1291) berkerjasama dengan Kristen dan beberapa Eropa lain untuk
membangun Perang Salib Baru. Biarpun tentara Abaqa berjumlah besar dan kuat
tetapi tidak dapat mengalahkan Mamluk, mereka kalah di Perang Emessa (1280) dan
beberapa waktu kemudian Bangsa Mongol Masuk Islam.
Hampir serupa dengan Baybar, Qallawun
juga sultan yang istimewa di mata masyarakat karena beliau memperbaiki atau
merenovasi benteng-benteng pertahanan di
Aleppo, Baklabak dan Damaskus. Membangun sekolah yang bersambung dengan
rumah sakit dan masjid. Dikatakan masjid yang terkenal yaitu Masjid al-Maristan
al-Manshuri karena inspirasi dibangunnya masjid tersebut saat Qallawun sedang
terbaring sakit di rumah sakit Nuri di Damaskus. Beliau mendapat gagasan untuk
membangun masjid tersebut setelah beliau sembuh dari sakit, dan akhirnya masjid
pun dibangun. Dikatakan pula bahwa masjid ini mendapat subsisi dari pemerintah
sebesar satu juta dirham pertahun, mempekerjakan wanita dan laki-laki serta
menerima pasien wanita dan laki-laki pula.
Satu-satunya putera sekaligus penerus
dari Qallawun adalah al-Malik al-Asyraf Khalil (1290-1293) yang mampu
menakhlukkan Akka pada Mei 1291 dan membuka jalan bagi jatuhnya pelabuhan yang
masih dikuasai oleh bangsa Franka. Pada tahun 1302 pasukan ksatria gereja yang
telah membangun pijakannya di pulau kecil Arwad dibantai habis-habisan oleh
saudara sekaligus pengganti al-Asyraf yaitu al-Malik al-Nashir Muhammad.
Al-Nashir menduduki singgasana saat ia
masih berusia sembilan tahun, dan
periode kepemimpinannya yang paling lama diantara sultan-sultan yang lain yaitu
berkuasa tiga kali di tahun 1293-1294, 1298-1308, dan 1309-1340. Pada saat ia
berkuasa terjadi serangan yang cukup serius dari tentara mongol yang dipimpin
oleh Il-Khan ke tujuh yaitu Ghazan
Mahmud. Angkatan perang Mesir ditakhlukkan (1299) di wilayah timur Emessa oleh
pasukan yang berjumlah satu juta orang. Pasukan Mongol terus mendapat
kemenangan dan pada awal tahun 1230 berhasil menduduki kota Damaskus. Tiga
tahun kemudian pasukan Mamluk akhirnya dapat memukul mundur pasukan Mongol dan
setelah kepemimpinan tidak ada yang berani mengambil risiko untuk melakukan
serangan-serangan lain.
Pada tahun 1302 dan bulan-bulan
berikutnya al-Nashir kembali menghancurkan pulau kisruh yang dikuasai oleh
Armenia dan kembali menetapkan aturan yang pernah dilakukan oleh Umar II dan
al-Mutawakkil. Kekuasaan al-Nashir yang cukup lama lebih banyak mebuahkan
kemajuan masa damai daripada perang. Ia memiliki cita rasa yang tinggi sehingga
tidak pernah bosan untuk mempercantik bangunan-bangunan yang telah ada. Ia juga
memiliki kehidupan yang boros, mewah, dan berlebihan. Salah satu buktinya yaitu saat melakukan ibadah haji di meja
makannya disediakan buah-buahan yang diambil dari kebun berjalan yang dibawa
oleh empat puluh ekor unta.
D.
Gaya
Hidup Tinggi dan Keruntuhan Dinasti Mamluk Bahri
Gaya
hidup al-Nashir tidak hanya berlebihan dalam hal pribadinya namun dalam
masyarakat ia juga bersifat royal. Ia membangun sekola-sekolah, masjid-masjid
di seluruh penjuru negeri dan banyak sarana umum yang menunjang dalam kehidupan
masyarakat. Bidang-bidang seni dikembangkan lagi sedemikian rupa sehingga
mencapai keindahan tertinggi dari masa-masa sebelumnya, contohnya kriya logam
dari dari bahan tembaga dan kuningan, lampu-lampu kaca berlapis logam dan Al
Quran yang dihias dengan indah yang sekarang berada di Museum Arab.
Gaya
hidup berlebihan ini pula yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Mamluk Bahri.
Karena beban pajak yang lebih tinggi yang diberikan kepada rakyat maka rakyat
menjadi sengsara. Untuk megatasi hal tersebut al-Nashir mengambil beberapa
tindakan ekonomi yaitu menjalin kerjasama dengan Eropa, mencabut pajak garam,
gula, ayam, perahu, budak dan kuda, melarang beredarnya perdagangan minuman
keras, dan melarang penerapan harga yang berlebihan. Dri beberapa usaha yang
dilakukan al-Nashir tersebut telah berhasil dilakukan namun tidak berlangsung
lama. Setelah AL-Nashir meninggal terjadi wabah “Kematian Hitam” terjadi di
wilayah kekuasaannya selama tujuh tahun. Sekitar 22.000 penduduk Gazza yang
menjadi korban dalam satu bulan dan Aleppo 500 orang meninggal setiap harinya.
Keduabelas
keturunan al-Nashir yang memimpin selama 42 tahun (1340-1382) adalah
pemimpin-pemimpinn yang lemah. Mereka memecat dan membunuh sultan sesuka hati.
Tidak ada keistimewaan selama kepemimpinan ini. Yang ada hanya bangunan Masjid
Sultan al-Hasan sebagai masjid terindah dengan rancangan yang berbentuk silang.
Penguasa dinasti Mamluk Bahri terakhir adalah
cicit al-Nashir yaitu al-Shalih Hajji ibn Sya’ban (1381-1382 dan 1389-1390)
adalah seorang anak kecilyang hanya dua tahun memerintah yang kemudian
digantikan oleh Barquq dari Circassius sekaligus sebagai pendiri Mamluk Burji.
E.
Aktivitas
Intelektual dan Seni
Dalam
bidang ilmu pengetahuan, hanya ada dua cabang ilmu yang berkembang yaitu
astronomi-matematika termasuk trigonometri dan ilmu kedoktran termasuk
kedoktran mata. Kerajaan Suriah-Mesir terkenak dengan ilmu kedokterannya. Rumah
sakit yang didirikan Qallawun dapat dijadikan bukti perhatian Mesir terhadap
ilmu kedokteran.
Sejak
periode Ayyubiyah, bidang kedokteran didominasi oleh dokter-dokter Yahudi.
Sebaliknya tidak ada perkembangan yang signifikan yang terjadi entah itu dari
Yahudi maupun Muslim pada masa Mamluk.
Tetapi pada periode ini justru berkembang pesatnya semi-ginekologis dan
semi-erotis atau yang bisa disebut “buku-buku seks”. Sastra-sastra Arab yang
bersifat maskulin dan disesaki dengan anekdot dan candaan yang bisa dibilang
jika di jaman sekarang disebut cabul. Tokoh yang terkenal adalah seorang
Lapidari Mesir bernama al-Tifasyi.
Kita
juga memcatat bahwa pada abad ini adanya ketertarikan dengan bidang al-Razi
yaitu ilmu pengobatan spiritual yang sering disebut psikoterapi. Orang Mesir
yang menjadi pelopor bidang ini yaitu Hibatullah ibn Jumay (Jami’) yang karya
utamanya berjudul al-Irsyad li Mashalih
al-Anfas wa al-Ajsad (Petunjuk tentang Kesehatan Jiwa dan Raga). Sejarawan
kedokteran yang terkemuka yang dilahirkan di Arab adalah Muwaffaq al-Din abu
al-Abbas Ahmad ibn Abi Ushaybi’ah (1203-1270) dengan karya besarnya yang
berjudul Uyun al-Anba’ fi Thabaqat
al-Athibba’ (Sumber Rujukan Tentang Tingkatan Para Dokter).
Dalam
ilmu sosial kontribusi utama masa Dinasti Mamluk adalah dalam gal biografi.
Penulis biografi paling terkemuka di Damaskus yaitu Syams al-Din ibn Muhammad
ibn Khallikan. Pada tahun 1261 ia diangkat sebagai kepala Qadhi Suriah yang kantornya berada di Damaskus.
Tidak
hanya dalam biografi, namun dalam bidang sejarah mereka juga berjasa. Dalam
bidang ini pula melahirkan seorang sejarawan yang bernama Ibnu Khaldun (1406)
yang kemudian menjadi guru besar sejarah dan menjabat sebagai hakim tinggi pada
masa Sultan Barquq. Sejarawan terkenal pada masa Mamluk adalah Taqiy al-Din
Ahmad al-Marqizi (1364-1442) yang popularitanya mencuat dengan karyanya yaitu
al-Mawa’izh wa al-I’tibar fi Dzikr al-Khithath wa al-Atsar (Nasihat dan I’tibar
tentang Beberapa Catatan dan Kisah Terdahulu).
Dalam
bidang Teologi seorang penulis yang layak diebut disini adalah Taqiy al-Din
Ahmad ibn Taimiyah (1263-1328). Dalam bidang puisi yang mendapat penghargaan
hanya satu orang yaitu Syarif al-Din Muhammad al-Bushiri (1213-1296), seorang
keturunan Berber dengan hasil karyanya yang terkenal yaitu al-Burdah (Jubah
Nabi). Pada penghujung abad ke-13 satu genre sastra yaitu wayang pertama kali
muncul dengan tajuk Thayf al-Khayal fi
Ma’rifah Khayal al-Zhill (Bayang-Bayang Imajinasi tentang Pengetahuan
Pertunjukkan Wayang) oeh Muhammad ibn Daniyal al-Khuza al-Maushili.
Karya seni lain
yang ada di Mamluk ini adalah arsitektur dan kerajinan-karajinan yang
mencerminkan khas Mamluk dengan berbagai kemewahan yang tergambar dalam
bentuk-bentuk bangunan dan benda-benda lain seperti lukisan, logam,
barang-barang rumah tangga serta perhiasan-perhisan yang sering digunakan oleh
putri-putri kerajaan.
F.
Akhir
Kekuasaan Diansti Mamluk
Dalam
hal ini yaitu Dinasti Mamluk Burji semua berasal dari wilayah Sirkasius kecuali
Khusyqadam (1461-1467) dan Timurbugha (1467) yang berasal dari Yunani. Rezim
yang paling berkuasa pada saat itu adalah pada saat kepemimpinan Qa’it-Bay yang
menjadi kekuasaan paling lama dan dalam beberapa hal menjadi masa yang paling
sukses. Karena kekuasaan ini pula terjadi politik tipu daya, pembunuhan, dan
pembantaian yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan runtuhhya kekuasan
Mamluk.
Faktor-faktor
lain yaitu Banyaknya korupsi yang dilakukan tidak hanya para sultan namun budak-budak juga
melakukannya, situasi ekonomi kerajaan yang semakin memburuk diperparah dengan
kebijakan sultan yang hanya memenitngkan diri sendiri, dan penerapan pajak yang
tinggi tidak hanya untuk orang non-muslim. Untuk faktor eksternal yaitu dari
luar negeri dibuktikan dengan meluasnya kemiskinan yang terjadi di Suriah-Mesir
karena ditemukannya jalur perdagangan baru oleh Vasco Da Gama yaitu Tanjung
Harapan yang menyebabkan peralihan jalur dari Suriah-Mesir ke Tanjung Harapan
tersebut yang membuat salah satu sumber pendapatan dinasti tersebut menjadi
menurun drastis. Faktor eksternal yang lain yaitu Tentara Mongol yang muncul
kembali dengan tentara-tentaranya untuk menyerang Mamluk yang saat itu Mamluk
juga sedang menangani masalah internal yang terjadi dalam pemerintahannya. Puncak
keruntuhan yang terjadi di Dinasti Mamluk yaitu saat penyerangan habis-habisan
yang dilakukan oleh Tentara Mongol terhadap Dinasti Mamluk yang dipimpin oleh
Timurlenk yang kemudian menghancurkan Mamluk.
Buku
rujukan yang digunakan : Philip K. Hitti. 1970. History Of The Arabs. Serambi Ilmu Semesta: Jakarta. Halaman:
859-898.
Komentar
Posting Komentar